WASPADA ASAP: Kota Tepian tidak lepas dari ancaman kabut asap. Foto bawah, Wahyu Widhi Heranata (kiri) dan Sutrisno (tengah) saat mengisi acara Samarinda Pagi.
SAMARINDA - Banyaknya titik api, tak bisa jadi pedoman seberapa tebal kabut asap. Buktinya, meski titik api pada 17 September pagi hanya delapan titik di Kaltim, tapi jarak pandang justru semakin pekat.
Untuk menanggulanginya butuh komitmen. Kabar buruknya, alat pengukur kadar kabut asap di Stasiun Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Samarinda sedang drop.
“Sudah tiga hari (drop). Ini sedang antre teknisi dari Jakarta. Sebab, teknisi sedang ke Jambi, di sana alatnya juga rusak. Kami usahakan biar cepat datang ke Samarinda,” tutur Kepala Stasiun BMKG Samarinda Sutrisno saat mengisi acara Samarinda Pagi garapan STV (televisi lokal dalam jaringan Kaltim Post Group) bersama kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kaltim, Wahyu Widhi Heranata, kemarin (17/9).
Sutrisno menjelaskan, titik api di Kaltim terbilang fluktuatif. Pada 11 September, titik api mencapai 242. Sementara itu, pada 16 September hanya 10 titik. Namun, berdasar pantauan jarak pandang BMKG yang dilakukan tiap 30 menit sekali, kabut asap sekarang justru cenderung lebih pekat, bahkan pada waktu tertentu, hanya mencapai 400 meter. Bisa jadi hal itu karena arah angin dari selatan ke utara, lalu belok ke timur laut, sehingga kabut asap dari selatan menuju Samarinda.
Di samping itu, Kepala BPBD Kaltim Wahyu Widhi Heranata menyebut, soal penyumbang asap, tak bisa disalahkan salah satu pihak saja. Semua sektor berpotensi menjadi penyebab, dari rumah tangga hingga industri. Maka, tak arif jika hanya menyalahkan sistem berladang masyarakat yang berpindah.
“Semua sektor mulai dari masyarakat dan pemerintah harus bersatu dan bertanggung jawab menanggulangi masalah ini. BPBD siap memfasilitasi komitmen lintas sektor. Kami selalu sedia 24 jam,” tandasnya. (*/nyc/er/k8)
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Titik Api Sedikit, Asap Tambah Pekat"
Posting Komentar